Puisi-puisi Faris Al Faisal
Faris Al Faisal lahir dan tinggal di Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Forum Masyarakat Sastra Indramayu (FORMASI). Menulis fiksi dan non fiksi. Karya fiksinya adalah novella Bunga Narsis Mazaya Publishing House (2017), Antologi Puisi Bunga Kata Karyapedia Publisher (2017), Kumpulan Cerpen Bunga Rampai Senja di Taman Tjimanoek Karyapedia Publisher (2017), Novelet Bingkai Perjalanan LovRinz Publishing (2018), dan Antologi Puisi Dari Lubuk Cimanuk Ke Muara Kerinduan Ke Laut Impian Rumah Pustaka (2018). Sedangkan karya non fiksinya yaitu Mengenal Rancang Bangun Rumah Adat di Indonesia Penerbit Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017).
Rumput Kurus Lagi Berduri
Kalau kemarau memanjang
Jadilah rumput kurus lagi berduri
Rusa dan menjangan kehilangan selera
Terengah di padang kering
Tapi kau tak benar-benar hendak berturut
Aroma daun-daun hijau memukau
Di sana kijang muda bertanduk panjang
Berbisik di sela gemericik sungai
Lalu berdendang sekalipun tanpa gendang
Harimau telah punah
Akulah pemilik padang rumput
Sungguh aku pemiliknya
Antara hasrat dan syahwat
Habis pucuk-pucuk dengan bunga
Patah batang di tengah padang
Adalah kiasan dan biasan
Telah berlalu taman surga dan terjatuh di bumi
Ular betina bersembunyi di akar belukar
Hanya bekas sisiknya yang tertinggal
Setelah ekornya mengipasi sepanjang jalan
Tak pernah lagi kembali
Sampai hujan menumbuhkan harapan baru
Indramayu, 2019
Dunia Sajak
Dari jendela kata
Aku melihat dunia sajak
Kebun dan ladang berbaris-baris
Memancar cahaya kalimat
Pepohonan dengan buah rima
Dipetik bahasa dan hikmah
Maka tumbuhlah daun puisi
Setelah biji cinta gugur dari langit
Berkomposisi dengan waktu
Ditulis pada bait-bait kenangan
Ranting pena pun diangkat
Kertasnya berlelehan tinta air mata
Terlipat oleh tenaga jiwa
Lelaki-lelaki menjadi matahari
Perempuan-perempuan menjadi rembulan
Meneguk sari duka cita dan nestapa
Menoreh kumpulan bahagia
Tiba sore hari. Saat akan menutupnya
Melintas burung-burung senja
Begitu banyak serupa gerombolan lebah madu
Puisi merekamnya
Puisi mengabadikannya
Indramayu, 2019
Sunyi Sungai
Sepenggal bulan biru
Membeku di aliran sungai
Sunyi dalam puisi
Betapa serasi keheningan yang pecah
Batu-batu mengoyak luka
Sambil terguncang oleh desakan
Kau mengombak di arusku
Hanyut bersama pusar-pusar air
Mematahkan ranting yang tersesat
Bercampur lumpur
Demikianlah yang ada
Dulu pun tentu pernah kita bahagia
Membangun rumah di pohon
Bersarang dengan kasih sayang
Penuh cinta
Kuharap senyum ranum itu
Kembali melekat di bibirmu
Indramayu, 2019